Senin, 26 Januari 2009

H A B A R



Salam Kebebasan Berpikir !!!

Tulisan ini bertujuan untuk kembali menyapa kawan-kawan kami, yang telah sedikit banyak dalam isi kepalanya megeliminir kekerasan fisik maupun psikis. Dan kembali menyapa kawan-kawan kami, intelektual-intelektual yang hanya bisa berbicara namun belum dianugrahi kekuatan sedahsnyat seperti kami untuk berjuang.

Hahahahha tipu muslihat, taktik busuk tak akan menghentikan kami untuk berjuang dan meraih cita-cita alam semesta untuk hidup rukun dan bersahaja. Tawa canda membawa imaji terbang hampir menyentuh puing-puing bulan yang indah di malam hari, enggan memeluknya, membawanya kepangkuan kawan-kawan ku yang dilanda gejolak perubahan. Ingin bertanya kepada Tuhan “kenapa menganugrah kami Hasrat Memberontak yang secuil namun terasa sangan indah”


Satu hal yang baru bisa aku sadari saat ini bahwa perlawanan terhadap kapitalisme yang merupakan “ibu” yang melahirkan anak tidak terhormat – dan tidak akan pernah di hormati - yang namanya neoliberalisme yaitu dengan budaya, sejarah dan adat di tempat kita dibesarkan masing-masing. Sebagaimana kita tahu bahwa budaya, sejarah dan adat kita di setiap tempat adalah berbeda-beda, -namun bukan untuk dibeda-bedakan- dan disetiap budaya dan adat kita terselip nilai-nilai sejarah kebersamaan, kebebasan, Penghargaan tehadap kreatifitas orang lain dan masih banyak hal menarik lainnya. perilaku social yang tertanam dalam budaya inilah yang kemudian ingin dihancurkan oleh system Neoliberalisme yang sementara ini di sokong oleh manusia-manusia yang berkuasa, punya jabatan/kedudukan dan mempunyai banyak uang di negeri multi-budaya ini.

Kapitalisme adalah sebuah system yang di bangun dengan doktrin memperkaya atau untuk kesejahteraan diri sendiri dan kelompok tanpa perlu memperhatikan hewan, manusia dan alam raya desekitarnya. Ukuran kesejahteraan seseorang atau kelompok terletak pada seberapa banyak uang yang telah ditabung disebuah rekening bank, hal inilah yang telah mengilhami beberapa korporasi nasional dan multinasional untuk mengeksploitasi kekayaan alam serta melakukan transaksi jual beli tenaga manusia untuk bekerja dan memenuhi nafsu serakah mereka di negeri kita di tempat para orang tua dan saudara kita mencari nafkah. Salah satu nasehat neolibaralisme adalah menciptakan atau mereproduksi manusia untuk hidup lebih individualistic alias mementingkan kepentingan diri sendiri diatas kepentingan social. Nah, sifat yang terakhir inilah jalan yang mengarahkan kita bersama-sama untuk menuju tabrakan tak terhindarkan dengan jalan yang telah dibangun dan di perlihara oleh nenek-nenek moyang, tetua- tetua adat terhormat kita terdahulu,yang mana telah mengajarkan segala hal ikhwal tentang budaya, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang tentunya sangat bersifat sosialistik.

Sifat neoliberalisme yang sebahagiannya di reproduksi dan di praksiskan oleh pemerintah kita lewat institusi-institusi pendidikan - sekolah, kampus, taman-taman belajar, tempat-tempat kursus dan diskusi-, institusi keagamaan lewat departemen agama, tempat ritual keagamaan –tidak terkecuali sarana/fasilitas public yang lain – adalah lembaga yang sementara dalam masa percobaan untuk “menciptakan” manusia-manusia yang sepenuhnya berpikir, bertindak, bertingkah laku, berkepribadian sangat individualistic atau insan yang hanya mementingkan diri sendiri dalam perilaku sosialnya.

Demi untuk melancarkan serangan hegemoni (penjajahan pemikiran), pembodohan, pemiskinan, penyakitan dan ketakutan, pemerintahan negara kita yang notabenenya adalah kaki tangan (dengan kata lain boneka-boneka) Negara pemburu Laba (baca : AS, Inggris, Prancis, Jerman dll) ingin menggadainkan adat-istiadat, budaya, sejarah dan kebiasaan-kebiasaan yang kita miliki di setiap daerah kita masing-masing kepada penjajah asing. Kenapa demikian?? Karena pemerintah kita lewat beberapa institusi-institusi penting telah mencoba memodifikasi sebuah kurikulum pendidikan nasional yang bertujuan untuk menyeragamkan segala sesuatu yang sesungguhnya berada pada hak prifat kearifan local kita masing-masing. Adat dan budaya adalah martabat dan jiwa kita, jadikan budaya sebagai senjata dan kebiasaan kita sebagai peluru tuk melawan globalisasi yang hendak merenggut martabat kita. Lawan budaya barat dengan budaya kita sendiri

Aku memahami bahwa hidup dalam sebuah dunia dimana kita memiliki setiap suku, adat, agama, ras, budaya dan warna kulit berbedah adalah tanggungjawab setiap individu untuk menjaga dan melestarikannya. Tidak lantas harus diberikan kewenangan penuh kepada negera atau siapapun untuk membuat suatu formulasi kurkulum dan logika pikir untuk menyeragamkan dan menghancurkannya. Budaya bukan untuk di politisasi untuk kepentingan semu di atas panggung-panggung kampanye partai politik.

Akhir dari tulisan ini, saya memberitahukan kepada seluruh individu manusia bahwa kami berjuang untuk :

Sebuah dunia yang lebih adil

Dunia yang manusiawi

Dunia yang harmoni

Dunia yang menghargai hak-hak berpikir

Dunia yang menjamin kemerdekaan berbudaya

Sebuah Dunia yang pas bagi siapa saja yang berada didalamnya

Sebuah Komunitas manusia yang menghargai Demokrasi

Sebuah Komunitas manusia yang bisa mengekspresikan Kreatifitasnya tanpa ditekan dan di intimidasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Isi Komentar anda di Sini