Rabu, 22 September 2010

Kapitalisme dan NGO/LSM


Sejatinya Perang Dunia II menjadi sarana bagi dimulainya intervensi luas Amerika dan sekutunya di berbagai penjuru dunia. Menyusul perang ini, negara-negara imperialis Eropa berkurang kekuatannya yang membuat Amerika berusaha memperluas kehadiran militernya di dunia. Perang Dunia II telah menguras biaya yang sangat besar bagi Amerika dan sekutunya, dan di sisi lain dalam masa ini terjadi perubahan suhu politik internasional yang sangat besar dan memunculkan isu-isu anti perang, kemerdekaan untuk daerah yang terjajah, hubungan internasional yang adil, demokrasi, HAM dan akhirnya memaksa kapitalisme harus merubah strategi dan taktik dalam melakukan penghisapan ekonomi.

Kondisi ini akhirnya pada awal 60-an lahirnya sebuah gagasan untuk bagaimana menstabilkan modal di Negara-negara jajahan dengan teori konspirasi global bertema “keseimbangan” yang diwujudkan dalam bentuk organisasi-organisasi Non pemerintah atau yang sering disebut NGO, dan akan berfungsi sebagai agen pencari data, infiltrasi, ataupun bergerak dalam isu-isu pemerintahan yang baik, demokrasi dan HAM, yang jika ditelaah lebih luas akan mendorong dan terbangunnya sebuah gerakan masyarakat yang justru menguatkan ide-ide utopis yaitu Negara yang demokratis.

Lembaga-lembaga ini memiliki aktivitas di bidang sosial. Sebagian dari LSM-LSM ini secara sadar atau tidak bertindak sesuai dengan tujuan Korporasi raksasa ataupun Amerika dan sekutunya, Di sisi lain, lembaga-lembaga Amerika seperti Ford Foundation, Albert Einstein, khususnya Lembaga Masyarat Terbuka yang dipimpin oleh George Soros memainkan peran penting dalam sistem dan pemerintah yang menentang Amerika. Menjamurnya LSM merupakan fenomena yang harus kita cermati. Dalam alam penjajahan model Neo-Liberalisme sekarang ini rakyat dimana-mana dihadapkan pada kontradiksi ekonomi yang sangat masif. Karena progresifitas modal membutuhkan ruang gerak yang lebih besar bagi akumulasinya. Akibatnya keadilan dan kesejahteraan rakyat diabaikan dimanapun modal itu tertanam. Di Negara Dunia Ketiga (Sebutan bagi negara miskin) tidak jarang pemerintahannya menjadi algojo bagi sistem Neo-Liberalisme."Peoples Centered Development" yang bervisi untuk menciptakan masyarakat adil, tidak tertindas, hak asasinya dihargai dan mendapatkan kehidupan yang layak. Begitulah motivasi mereka dalam berbagai lapangan mereka dengungkan soal motivasi mereka dan melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada massa dan kerap mendampingi massa dalam persoalan-persoalan yang berhadapan dengan kekuasaan serta modal.

Istilah "kekuatan pengimbang' (countervailing power) ini sebenarnya berasal dari John Kenneth Galbraith dalam bukunya, American Capitalism: the Concept of Countervailing Power (1952). Kekuatan pengimbang ini, menurut ekonomi AS ini tumbuh dalam kapitalisme yang telah matang. Dalam sistem perekonomian campuran (mixed economy), persaingan bebas yang murni, digantikan dengan sistem keseimbangan di antara berbagai kekuatan (balance of powers).

Kekuatan-kekuatan baru seperti serikat buruh, lembaga konsumen atau asosiasi pedagang. Dengan peraturan pemerintah, berbagai kekuatan itu membentuk sistem kekuatan pengimbang terhadap kekuatan monopoli dan oligopoli atau kekuatan bisnis besar. Dengan demikian maka kekuatan pengimbang itu mengarah kepada dua kekuatan lainnya, disatu pihak kepada pemerintah atau negara dan di lain pihak kepada bisnis besar. Itulah yang kemudian disebut sebagai Sektor Ketiga (Third Sector) yang membuat kapitalisme-demokratis (democratic capitalism) dapat bekerja.

Sebagai penengah, NGO kerap kali memang menyuarakan kepentingan masyarakat kepada pemerintah. harus bersikap kritis. Tetapi, NGO ada kalanya harus memberi penjelasan kepada masyarakat tentang kebijaksanaan pemerintah agar tidak terjadi konflik. Karena itu maka NGO disebut sebagai agen
pembangunan modal, yang bekerja seperti layaknya tim evaluasi antara korporasi dan Negara..

Banyak telaah tentang teori-teori kapitalisme kontemporer melihat Neoliberalisme pada prinsipnya sebagai wujud dari perkembangan baru dari praktik imperialisme. Fase ini dimulai ketika terjadi kegagalan atas penerapan ekonomi neo klasik yang masih menerapkan intervensi “regulasi pemerintah” Memberikan titik tekan pada ”regulasi pemerintah” untuk menghindari kekeliruan asumsi bahwa dengan praktik neoliberalisme maka peran negara dihabisi. Negara sekiranya pada posisi tertentu sebenarnya justru tetap eksis dan mengambil langkah yang lebih meningkat dalam sistem neoliberalisme. Teori menghilangnya negara dalam sistem neoliberalisme sebenarnya justru banyak hal dipakai oleh kaum imperialisme untuk mendorong keyakinan ideologis bahwa negara memang sangat penting bagi perlindungan rakyat sehingga pasar tidak harus dilepas secara bebas. Bagi penggagas neoliberalisme pasar seyogyanya harus dikeluarkan dari jerat regulasi apapun yang menghambat dinamika pasar.

Yang terjadi setelah neoliberalisme menjadi mazhab dominan dalam pola ekonomi politik dunia maka terbentuk aktor-aktor baru yang merupakan badan berpengaruh pada perjalanan neoliberalisme. Beberapa aktor penting yang bisa disebutkan disini adalah : pertama, adalah World Trade Organization (WTO) yang didirikan pada tahun 1994 dan merupakan kelanjutan dari GATT (General Agreement Tariffs and Trade) Organisasi perdagangan ini saat ini lebih beranggotakan 144 negara termasuk Indonesia. Di sini diatur berbagai aturan peraturan perdagangan baik barang, jasa maupun HAKI terkait perdagangan. Tentu saja proses keputusan dalam WTO selalu dimenangkan oleh kepentingan negara-negara maju sehingga produk dari keputusan WTO akhirnya bukannya memperbaiki ekonomi dunia berkembag melainkan terjebak mereka dalam hisapan imperialisme.

Aktor kedua adalah lembaga bantuan keuangan asing seperti IMF ataupun ADB maupun Bank Dunia yang nyata-nyata mereka juga memberi pintu terbuka pada keterpurukan Indonesia melalui politik jebakan hutang luar negerinya. Dalam memberikan terapi pada negara-negara berkembang biasanya selalu disertakan syarat-syarat ketat dan perubahan fundamental seperti yang nampak pada praktek politik deregulasi dan privatisasi. Apa yang selama ini disebutkan sebagai kebijakan Penyelesaian Struktural (Structural Adjusment Program, SAP) hanyalah berarti bahwa seluruh kebijakan yang tertuang dalam syarat-syarat hutang luar negeri harus diorientasikan pada pemberian pintu seluas-luasnya kepentingan modal asing untuk menguasai Indonesia. ketiga, adalah Lembaga-lembaga Internasional seperti PBB, dan seluruh lembaga pemberi donor dalam pembangunan Indonesia. Politik Hak Veto bisa merupakan bukti bagaimana lembaga dunia tersebut jatuh dalam kaki kekuasaan negara maju. Perang Imperialisme negara maju seperti yang terjadi di Irak, Afganistan maupun intervensi pada negara-negara penentang lainnya seperti Korea Utara dan beberapa di negara Amerika Latin merupakan fakta bahwa PBB hanyalah lembaga bentukan dalam kepentingan Imperialisme. Keempat, adalah perusahaan-perusahaan multinasional (TNC dan MNC) yang saat ini banyak berebut untuk mengeksploitasi kekayaan negara-negara dunia ketiga dan juga menetapkan sebagai pasar konsumsi produktif bagai akumulasi keuntungan. Kelima, adalah lembaga-lembaga non pemerintah internasional maupun nasional (NGO) yang kerap kali hanya menjadi tangan-tangan panjang dari kepentingan terselubung imperialisme. NGO adalah sebagai agen penting neoliberalisme merupakan kritik tajam pada lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang banyak justru tenggelam dalam mainstream kepentingan imperialisme yang sadar dan tidak sadar justru meredam kemungkinan perlawanan-perlawanan rakyat yang saat ini mulai geram.

Senin, 06 September 2010

Mikhail Bakunin : Apa Itu Otoritas


Apakah yang dimaksud dengan otoritas? Apakah kekuatan yang tak terelakkan dari hukum-hukum alam yang menampakkan diri yang diperlukan dan suksesi menghubungkan fenomena di dunia fisik dan sosial? Memang, pemberontakan terhadap hukum-hukum ini tidak hanya dilarang - hal ini bahkan mustahil. Kami mungkin salah paham atau tidak mengenal mereka sama sekali, tapi kita tidak bisa mematuhi mereka, karena mereka merupakan dasar dan kondisi fundamental dari keberadaan kita, mereka menyelimuti kita, menembus kita, mengatur semua gerakan kami. pikiran dan tindakan, bahkan ketika kita percaya bahwa kita tidak mematuhi mereka, kita hanya menunjukkan kemahakuasaan mereka.
Ya, kita benar-benar hamba hukum ini. Tapi dalam perbudakan seperti itu tidak ada penghinaan, atau, lebih tepatnya, tidak perbudakan sama sekali. Untuk perbudakan mengandaikan eksternal majikannya, seorang legislator di luar dirinya yang dia perintah, sementara hukum-hukum ini tidak di luar kita; mereka yang melekat dalam diri kita, mereka merupakan keberadaan kita, seluruh keberadaan kita, secara fisik, intelektual, dan secara moral; kita hidup, kita bernapas, kita bertindak, kita pikirkan, kita ingin hanya melalui undang-undang ini. Tanpa mereka kita bukan apa-apa, kita tidak. Mana, maka, bisa kita memperoleh kekuatan dan keinginan untuk memberontak melawan mereka?
Dalam kaitannya dengan hukum-hukum alam tetapi satu kebebasan adalah mungkin bagi manusia - yaitu mengakui dan menerapkan mereka yang terus memperluas skala objek sesuai dengan kolektif dan individual humanisation emansipasi yang ia mengejar. Hukum-hukum ini, sekali diakui, olahraga otoritas yang tidak pernah diperdebatkan oleh massa laki-laki. Satu harus, misalnya, berada di bawah baik bodoh atau ahli ilmu agama atau setidaknya metafisik, ahli hukum atau ekonom borjuis untuk memberontak melawan hukum yang dua kali dua sama dengan empat. Kita harus memiliki iman untuk membayangkan bahwa api tidak akan membakar air atau tenggelam, kecuali, memang, jalan bisa didapat dengan beberapa dalih yang didirikan pada gilirannya pada beberapa hukum alam lainnya. Tetapi pemberontakan ini, atau lebih tepatnya, usaha ini atau angan-angan bodoh pemberontakan yang mustahil, yang jelas pengecualian: untuk, secara umum, dapat dikatakan bahwa massa laki-laki, dalam kehidupan sehari-hari mereka, mengakui pemerintah akal sehat -- yaitu, dari jumlah dari hukum-hukum umum yang diakui secara umum - dalam mode yang hampir mutlak.
Kemalangan besar adalah bahwa sejumlah besar hukum-hukum alam, telah ditetapkan sebagai demikian oleh ilmu pengetahuan, tetap tidak diketahui oleh massa, berkat kewaspadaan dari orang-orang yg mengawasi pemerintah yang ada, seperti yang kita tahu, hanya untuk kebaikan rakyat. Ada kesulitan lain - yaitu, bahwa bagian utama dari hukum-hukum alam yang berhubungan dengan perkembangan masyarakat manusia, yang cukup jika perlu, berubah-ubah, fatal, seperti te undang-undang yang mengatur dunia fisik, belum didirikan dan diakui oleh ilmu itu sendiri.
Begitu mereka harus sudah diakui oleh ilmu pengetahuan, dan kemudian dari ilmu pengetahuan, melalui sistem ekstensif populer pendidikan dan pengajaran, akan telah berlalu ke dalam kesadaran dari semua, pertanyaan akan kebebasan sepenuhnya dipecahkan. Pihak berwenang yang paling keras kepala harus mengakui bahwa maka tidak akan ada perlu salah satu dari organisasi politik atau arah atau peraturan perundang-undangan, ada tiga hal yang, apakah mereka berasal dari kehendak penguasa atau dari mosi parlemen dipilih oleh hak pilih universal, dan bahkan harus mereka sesuai dengan sistem hukum alam - yang belum pernah terjadi dan tidak akan pernah terjadi - selalu sama-sama fatal dan memusuhi kebebasan massa dari kenyataan bahwa mereka mereka menerapkan sistem eksternal dan karena itu zalim undang-undang.
Liberty manusia terdiri semata-mata dalam hal ini: bahwa ia mematuhi hukum-hukum alam karena ia sendiri diakui mereka seperti itu, dan bukan karena mereka telah eksternal dikenakan kepadanya oleh setiap ekstrinsik akan apa pun, ilahi atau manusia, kolektif atau perorangan.
Misalkan suatu akademi belajar, terdiri dari wakil-wakil yang paling terkemuka ilmu pengetahuan; kira akademi ini diisi dengan peraturan perundang-undangan dan organisasi masyarakat, dan bahwa, hanya terinspirasi oleh cinta paling murni kebenaran, frame tidak ada tetapi hukum tetapi hukum mutlak selaras dengan penemuan-penemuan terbaru sains. Yah, aku menjaga, bagi saya, bahwa perundang-undangan dan organisasi semacam itu akan menjadi kengerian, dan itu, dan itu karena dua alasan: pertama, bahwa ilmu pengetahuan manusia selalu dan selalu tidak sempurna, dan bahwa, membandingkan apa yang telah ditemukan dengan apa masih harus ditemukan, kita dapat mengatakan bahwa itu masih dalam buaian. Jadi yang kita harus mencoba untuk memaksa kehidupan praktis manusia, kolektif maupun individu, menjadi ketat dan eksklusif sesuai dengan data terakhir ilmu pengetahuan, kita harus mengutuk masyarakat serta individu-individu untuk menderita kesyahidan di hamparan Procrustes, yang akan segera berakhir oleh dislocating dan mencekik mereka, hidup pernah tersisa hal yang jauh lebih besar daripada ilmu pengetahuan.
Alasan kedua adalah ini: sebuah masyarakat yang harus mematuhi undang-undang yang berasal dari akademi ilmiah, bukan karena mengerti sendiri karakter rasional ini undang-undang (dalam hal ini keberadaan akademi akan menjadi tidak berguna), tapi karena undang-undang ini, yang berasal dari akademi, itu diberlakukan dalam nama sebuah ilmu yang dihormati tanpa memahami - seperti masyarakat akan menjadi sebuah masyarakat, bukan manusia, tapi kasar. Ini akan menjadi edisi kedua misi mereka di Paraguay yang begitu lama disampaikan kepada pemerintah Yesuit. Akan pasti dan cepat turun ke tahap terendah kebodohan.
Namun masih ada alasan ketiga yang akan membuat pemerintah seperti tidak mungkin - yaitu bahwa sebuah akademi ilmiah yang diinvestasikan dengan soverignty, sehingga untuk berbicara, mutlak, bahkan jika itu terdiri dari orang-orang yang paling terkemuka, akan sesat dan segera berakhir dalam dirinya sendiri korupsi moral dan intelektual. Bahkan saat ini, dengan beberapa hak istimewa mengizinkan mereka, misalnya adalah sejarah semua akademi. Jenius ilmiah terbesar, sejak saat itu ia menjadi academian, sebuah liscenced resmi sarjana, pasti penyimpangan dalam kelambanan. Ia kehilangan spontenaity, kekurangajaran yang revolusioner, dan bahwa masalah dan buas karakteristik energi dari jenius terbesar, yang pernah dipanggil untuk menghancurkan dunia goyah tua dan meletakkan dasar-dasar baru. Dia pasti keuntungan dalam kesopanan, dalam utilitarian dan kebijaksanaan praktis, apa yang ia kalah dalam kekuatan pikiran. Dalam kata, ia bocomes rusak.
Ini adalah karakteristik dari hak istimewa dan setiap posisi istimewa untuk membunuh pikiran dan hati manusia. Pria istimewa, baik praktis maupun ekonomi, adalah seorang pria bejat di pikiran dan hati. Itu adalah hukum sosial yang mengakui tidak ada pengecualian, dan sebagaimana berlaku bagi seluruh bangsa-bangsa sebagai kelas, perusahaan dan individu. Ini adalah hukum kesetaraan, kondisi tertinggi kebebasan dan kemanusiaan. Objek prinsip risalah ini justru untuk menunjukkan kebenaran ini dalam segala manifestasi kehidupan sosial.
Sebuah badan ilmiah yang telah mengaku pemerintah masyarakat akan segera berakhir dengan tidak lagi mengabdikan dirinya untuk ilmu sama sekali, tapi untuk urusan lain lagi dan bahwa peristiwa, seperti dalam kasus semua kekuatan mapan, akan kekal sendiri melestarikan oleh masyarakat rendering menceritakan kepada pernah peduli lebih bodoh dan akibatnya lebih membutuhkan dari pemerintah dan arah.
Tapi itu yang benar akademi ilmiah juga berlaku untuk semua konstituen dan dewan legislatif, bahkan mereka yang dipilih oleh hak pilih universal. Dalam kasus terakhir mereka dapat memperbaharui komposisi mereka, itu benar, tetapi ini tidak mencegah pembentukan dalam beberapa tahun lagi dari tubuh politicans, istimewa sebenarnya meskipun tidak dalam hukum, yang membaktikan diri secara eksklusif ke arah urusan publik suatu negara, akhirnya membentuk semacam aristokrasi atau oligarki politik. Menyaksikan Amerika Serikat dan Swiss.
Akibatnya, tidak ada perundang-undangan eksternal dan tidak ada otoritas - satu, dalam hal ini, yang tak terpisahkan dari yang lain, dan keduanya cenderung kepada perbudakan masyarakat dan degradasi legislator themsleves.
Apakah mengikuti bahwa saya menolak semua otoritas? Jauh dari saya seperti berpikir. Dalam hal sepatu bot, saya mengacu kepada otoritas pembuat sepatu; tentang rumah, kanal, atau rel kereta api, saya berkonsultasi bahwa dari arsitek atau insinyur. Untuk itu atau pengetahuan khusus seperti itu saya mengajukan permohonan tersebut atau seperti sarjana. Tapi aku tidak membiarkan para pembuat sepatu maupun arsitek atau sarjana untuk memaksakan otoritasnya pada saya. Aku mendengarkan mereka secara bebas dan dengan segala hormat layak oleh kecerdasan mereka, karakter mereka, pengetahuan mereka, sisakan selalu saya hak disangkal kritik dan kecaman. Aku tidak puas dengan konsultasi otoritas tunggal dalam cabang khusus, saya berkonsultasi dengan beberapa; saya membandingkan pendapat mereka, dan memilih yang tampaknya saya soundest. Tapi aku tidak mengakui otoritas sempurna, bahkan dalam pertanyaan-pertanyaan khusus; karena itu, apa pun menghormati aku mungkin untuk kejujuran dan ketulusan tersebut atau individu seperti itu, saya tidak memiliki iman yang mutlak dalam setiap orang. Seperti iman akan fatal bagi saya alasan, untuk kebebasan saya, dan bahkan bagi keberhasilan usaha saya, melainkan akan segera mengubah saya menjadi budak bodoh, instrumen dari kehendak dan kepentingan orang lain.
Jika aku tunduk otoritas avow spesialis dan kesiapan untuk mengikuti saya, sampai batas tertentu dan selama mungkin kelihatannya saya perlu, mereka bahkan indikasi dan arah mereka, itu karena otoritas mereka dikenakan pada saya oleh siapa pun, baik oleh manusia maupun oleh Allah. ion dan bahkan arah mereka Kalau tidak, aku akan mengusir mereka dengan kengerian, dan tawaran iblis mengambil nasihat mereka, arah mereka, dan layanan mereka, yakin bahwa mereka akan membuat saya membayar, dengan hilangnya kebebasan saya dan harga diri, memo seperti itu kebenaran, dibungkus dalam banyak kebohongan, karena mereka bisa memberi saya.
Aku tunduk pada otoritas laki-laki khusus karena dikenakan pada saya dengan alasan saya sendiri. Saya sadar ketidakmampuan saya sendiri untuk memahami, dalam semua detailnya, dan perkembangan positif, apa pun porsi yang sangat besar pengetahuan manusia. Intelijen terbesar tidak akan sama dengan sebuah pemahaman dari keseluruhan. Situ hasil, untuk ilmu pengetahuan dan juga untuk industri, perlunya pembagian dan asosiasi tenaga kerja. Aku menerima dan saya berikan - seperti kehidupan manusia. Setiap mengarahkan dan diarahkan pada gilirannya. Oleh karena itu tidak ada otoritas tetap dan konstan, tetapi terus-menerus saling pertukaran, sementara, dan, di atas segalanya, otoritas dan subbordination sukarela.
Ini alasan yang sama melarang saya, kemudian, untuk mengenali tetap, konstan dan universal otoritas, karena tidak ada manusia universal, tidak ada seorangpun yang mampu menangkap dalam semua kekayaan itu detail, yang tanpa penerapan ilmu pengetahuan untuk hidup adalah mustahil, semua ilmu, semua cabang kehidupan sosial. Dan jika universalitas seperti itu bisa direalisasikan dalam satu laki-laki, dan jika ia ingin mengambil keuntungan daripadanya untuk memaksakan otoritas kepada kami, itu akan diperlukan untuk mengusir orang ini dari masyarakat, karena pasti akan mengurangi kewenangan semua orang lain untuk perbudakan dan kebebalan. Saya tidak berpikir bahwa masyarakat harus menganiaya orang-orang jenius seperti yang telah dilakukan sampai sekarang: tapi menurut saya niether harus memanjakan mereka terlalu jauh, masih kurang sesuai mereka ada hak istimewa atau hak eksklusif apapun, dan bahwa untuk tiga alasan: pertama, karena itu akan sering salah seorang penipu bagi orang yang jenius, kedua, karena, melalui sistem seperti hak-hak istimewa, mungkin berubah menjadi seorang penipu bahkan manusia sejati yang jenius, menurunkan moril kepadanya, dan merendahkan dirinya, dan, akhirnya, karena akan mendirikan master terhadap dirinya sendiri.